Pantun Anak Melayu - Tutorial Online

Breaking

Wednesday, 28 September 2016

Pantun Anak Melayu


Assalamualaikum wr,wb sahabatku..
apa kabarnya?
Semoga dalam keadaan sehat dan dalam lindungan yang maha Esa ALLAH SWT.

Saya sedikit bercerita ini tentang kampung halaman saya, Orang Melayu!
Orang melayu itu Keren bagi seluruh Indonesia semuanya khususnya orang islam ok..
kampungku ini memang bener-bener hebat..
kami anak Melayu adalah 90% islam keturunan..
dan dikatakan orang Melayu adalah orang yang beragama Islam, lahir di kampung melayu dan tentunya berbahasa Melayu.. berikut sedikit ulasan tetang anak Melayu..

Pepatah Melayu mengatakan, “Tuah ayam pada kakinya, Tuah manusia pada anaknya”. Ungkapan ini mengambarkan betapa pentingnya kedudukan anak dalam kehidupan manusia.
Di dalam tradisi Melayu, yang disebut “Anak bertuah” yakni menjadi manusia yang sempurna lahiriah dan batiniahnya. Anak yang menjadi “orang” itulah senantiasa diharapkan serta diidam-idamkan oleh setiap keluarga Melayu, karena bukan saja membawa “Tuah” bagi orang tua dan kaum kerabatnya, tetapi juga bagi bangsa dan negaranya.
Di dalam ungkapan disebut:

“Tuahnya selilit kepala
Mujurnya selilit pinggang
Kecilnya menjadi tuah rumah
Besarnya menjadi tuah negri”
class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"> Untuk mewujudkan keinginan agar anaknya menjadi “orang”, berbagai upaya mereka lakukan. Bahkan , usaha itu sudah dimulai pada saat seorang anak didalam kandungan. Apa bila sang istri hamil,  diberlakukanlah berbagai macam ragam “pantang larang” yang disempurnakan lagi dengan upacara-upacara tertentu sampai bayinya lahir. Diantara bentuk upacara itu ialah “Menujuh bulan atau melenggang perut” yang dilakukan ketika kehamilan memasuki bulan ketujuh. Maksudnya, selain mendoakan agar sang ibu selamat dan mudah melahirka, juga supaya anak yang berada dalam kandungannya kelak menjadi manusia yang sehat, sempurna lahiriah dan batiniahnya. Selanjutnya, sejak bayi lahir, diberlakukan lagi berbagai aneka ketentuan adat dan tradisi yang disampai dengan ajaran agama.
Didalam pergaulan sehari-hari, yang selalu ditanyakan orang Melayu antara sesama keluarga dan sahabat handainya adalah tentang anak mereka. Berapa anaknya?, bagaimana keadaannya?, menjadi “orang ” atau belum?. Anak yang menjadi ”orang” sangatlah dibanggakan, dijadikan teladan, pujian dan sebutan di dalam masyarakatnya. Orang tua-tua akan merangsang anak kemanakanya supaya meneladani anak yang sudah menjadi “orang” itu. Sebaliknya, anak yang jahat dan merusak, pemalas dan perajuk, bukan saja memalukan keluarga dan kaum kerabatnya, tetapi menjadi aib dan malapetaka bagi orang kampong. Anak ini pun dijadikan contoh, tetapi contoh buruk, yang harus dijauhi.
Orang Melayu meyakini bahwa setiap anak yang sudah menjadi “orang”, karena hakekatnya, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kuncinya sangat tergantung kepada bagaimana sikap dan prilaku serta tanggung jawab orang tuannya. Sepanjang orang tua berusaha memberikan “ tunjuk dan ajar” yang baik, akan baiklah anak itu. Tetapi apabila anak itu dibiarkan terlantar, pastilah anak itu tidak menjadi “orang”. Di dalam ungkapan disebut, “ Kalau anak hendak selamat, tunjuk ajar hendaklah ingat” dan sebaliknya, “kalau anak hendak tenggelam, tunjuk tak ada ajar pun haram” . perlakuan orang tua yang menyia-yiakan anaknya, samalah artinya dengan menyuruh si anak “ berlayar dengan perahu bocor, berjalan dirimba tidak berintis”. Anak ini tentulah akan tenggelam dan tersesat dalam hidupnya. Maka menurut adat dan tradisi Melayu, “musibah” ini hakekatnya bukan saja menjadi beban dan tanggung jawab orang tuanya, tetapi juga menjadi beban dan tanggung jawab seluruh keluarga dan masyarakatnya, seperti dituangkan dalam ungkapan:

“Durhaka anak karena ibunya
Binasa anak karena bapaknya
Celaka anak karena kaumnya
Larat anak karena sekampungnya”
“ Kalau anak tidak dipinak
Hutang bertambah marwah tercampak
Kaum binasa bangsa pun rusak
Dunia akhirat beban dibawak”

Besarnya akibat yang disebabkan oleh anak yang tersia-siakan itu, menyebabkan orang Melayu sangat mengutamakan upaya agar anaknya dapat menjadi “orang”. Prinsip ini bukan saja dikokohkan oleh adat dan tradisinya, tetapi dilandasi pada keyakinan, bahwa setiap anak yang mereka miliki adalah amanah dari Tuhan. Sedangkan ajaran agama, adat dan tradisi, mewajibkan mereka untuk menjunjung tinggi, melaksanakan, serta menyempurnakan setiap amanah yang merekan terima dan warisi.
Didalam ungkapan disebutkan:

“Apa tanda orang bertuah
Hidup mati memegang amanah”

Acuan inilah yang menyebabkan orang Melayu menempuh berbagai cara untuk menjadikan anaknya “orang” yang sempurna lahiriah dan batiniahnya.

Terimakasih telah membacara artikel yang keren ini, bersama saya AJ mengucapka ribuan terimakasih dan jika ada saran dan kritikan yang sangat membantu saya saya persilahkan J
Dan silahkan like dan share ke sahabat yang lain jika ini sangat membantu dan bermanfaat.ok



No comments:

Post a Comment

Semoga bermanfaat dan mohon dukungannya serta bantuannya.
#Salam sukses