Asslamuallaikum wr,wb sahabat
Apakabarnya?
Semoga dalam keadaan sehat dan dalam lindungan ALLAH SWT.
Masih mengenai anak Melayu yang keren, begitu besar peran orang tua terhadap anak-anaknya, bukan di orang Melayu saja, pasti di suku-suku se Indonesia melakukan hal yang terbaik untuk anak-anaknya agar menjadi yang terbaik namun disini saya lebih dahulu membahas Tentang Orang Melayu karena apa? Disini lah kampung halaman ku. Tercinta………….berikut ulasannya
Di dalam adat dan tradisi Melayu, kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, disebut “ Hutang orang tua” kepada anaknya.
Pokok-pokok kewajiban dan tanggung jawab itu, antara lain adalah:
ü “Hutang bela dengan pelihara”, yakni kewajibanya orang tua untuk menyempurnakan pemeliharaan terhadap anak supaya kuat dan sehat, baik jasmani maupun rohaninya.
Didalam ungkapan dijelaskan:
“Disempurnakan bekal dengan patutnya
Disempurnakan syarak dengan adanya
Disempurnakan bungkus dengan isinya
Diselimut dengan kasih sayang
Dipayung dengan budi pekerti
Dilambuk dengan petuah amanah
Supaya kebawah ia berakar
Supaya keatas ia berpucuk
Supaya di tengah ia berbatang
Supaya mengelak azam dunia
Supaya menjauh siksa neraka".
class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: .25in; mso-add-space: auto;">
Ungkapan ini memberika petunjuk, bahwa menyempurnakan pemeliharaan anak, haruslah seimbang antara pemeliharaan lahiriah dan batiniahnya. Dengan demikian, si anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya, sejahtera di dunia dan selamat di akhirat.
ü “Hutang tunjuk ajar”, yakni kewajiban orang tua menyempurnakan pemeliharaan anaknya dengan mendidik dan mengajarkan segala ilmu pengetahuan, supaya anak menjadi cerdas dna berpengetahuan luas.
Didalam ungkapan dijelaskan:
“Diajarkan segala yang patut
Ditunjukan segala yang benar
Kalau duduk suruh berguru
Kalau tegak suruh bertanya
Disingkapkan tabir akalnya
Dibukakan pintu ilmunya
Dibentangkan alam seluasnya
Telinga diasak dengan amanah
Mata dipasak dengan karenah
Mulut disumbat dengan petuah”
Ungkapan ini menunjukkan, bahwa ilmu pengetahuan yang diajarkan itu ialah ilmu pengetahuan yang patut, yakni yang mendatangkan manfaat bagi diri, bangsa, dan negaranya.
ü “ Hutang tuang dengan isi”, yakni kewajiban orang tua untuk melengkapi ilmu pengetahuan anaknya dengan menanamkan nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran agama, adat istiadat,tradisi dan norma-norma social yang hidup di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, anak tersebut tidak tercabut dari akar budaya bangsanya serta kokoh dengan kepribadian itu.
Di dalam ungkapan dijelaskan:
“Hati dipahat dengan iman
Dada dituang dengan lembaga
Diisi lurus dengan benar
Dituang berani dengan setia
Ditegakkan tiang budinya
Dikokohkan tiang amalnya
Dikuatkan tiang amanahnya
Didirikan tiang malunya”
Ungkapan ini menunjukkan, bahwa “Bekal” dan “Pakaian” yang dimaksud, ialah ilmu pengetahuan dan iman. Ilmu pengetahuan akan mencerdaskan anak dalam arti yang seluas-luasnya, dan Iman akan menyebabkan anak menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Bekal” dan “Pakaian” inilah yang “tak habis dimakan” dan “tak lusuh dipelasah” itu. Dan dengan “Bekal” dan “Pakaian” ini pulalah, si anak akan menjadi manusia yang sempurna lahiriah dan batiniahnya.
Ungkapan-ungkapan yang mengacu kepada kewajiban dan tanggungjawab orang tua yang disebut “ Hutang orang tua” kepada anaknya itu amatlah banyak jumlahnya. Berbagai puak dalam rumpun Melayu pastilah memilikinya. Kenyataan ini lebih mengokohkan betapa besarnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Di dalam kehidupan sehari-hari, orang Melayu mengenal pula sebutan “ anak pinak” dan “anak terbuang”. Yang dimaksud dengan “ anak pinak”, ialah yang disempurnakan “ bela peliharanya” , disempurnakan “tunjuk ajarnya” disempurnakan “bekal dan pakaiannya” oleh orang tua, keluarga, dan masyarakatnya. Sedangkan “ anak terbuang” ialah sebaliknya, anak yang terlantar, tersia-sia, dan tidak diperdulikan orang. Anak ini, kalau nasibnya baik akan menjadi “orang”, bila nasibnya buruk akan gagallah hidupya.
Didalam ungkapan disebutkan:
“Kalau untung sabut ia timbul, bila untung batu ia tenggelam”
Sejauh mana orang tua, keluarga, dan anggota masyarakat menghayati dan menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya itu, tentulah amat tergantung kepada sejauh mana pula mereka mengahayati nilai-nilai luhur agama, budaya, norma-norma sosial yang ada di dalam masyarakat. Sepanjang mereka tidak lagi mengacu kepada nilai-nilai luhur itu, sejauh itu pulalah upaya untuk menegakkan idola citra anaknya akan terkendala. Sebaliknya, apabila setiap diri pribadi dan rumah tangga melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, tentulah idola citra anak akan dapat ditegakkan dengan sebaik-baiknya pula.
Terimakasih telah membacara artikel yang keren ini, bersama saya AJ mengucapka ribuan terimakasih dan jika ada saran dan kritikan yang sangat membantu saya saya persilahkan J
Dan silahkan like dan share ke sahabat yang lain jika ini sangat membantu dan bermanfaat.ok
No comments:
Post a Comment
Semoga bermanfaat dan mohon dukungannya serta bantuannya.
#Salam sukses