Berketup bunyi dahan bersangit
Barulah nyata kayu terlebah
Bertangkuplah bumi dengan langit
Di situlah kita mengaku kalah
Daripada ke hulu perahu bergalah
Eloklah berhenti memasang lukah
Daripada malu mengaku kalah
Eloklah mati berkalang tanah
Kalau sudah dimabuk pinang
Daripada ke mulut biar ke hati
Kalaulah sudah masuk gelanggang
Daripada surut relalah mati
Tumbuh rotan sudah berakar
Pandan berbuah berakat juga
Tujuh lautan sudah berakar
Sampan sebuah berlayar juga
Mengapa melakut kena parang
Lalang ada yang kan dikerat
Mengapa takut kepada orang
Tulang nan sama delapan kerat
Jangan diangkut antan ke seberang
Telengkup penampi di lendan galah
Janganlah takut ke jantan orang
Hidup dan mati di tangan ALLAH
Jerang santan masak pun santan
Sama-sama sudu dituntung
Orang jantan awak pun jantan
Sama-sama mengadu untung
Orang bersampan awak bersampan
Siapa berlayar siapa berenang
Orang jantan awak pun jantan
Siapa yang benar dialah menang
Urat kencang bertali-tali
Belum diraba belum kan layu
Kuat orang jangan perduli
Belum dicoba belum kan tahu
Menarah batang jangan sekali
Menarah itu ada pepatnya
Marah orang jangan perduli
Marah itu ada tempatnya
Panjang rambut orang segati
Jejak ke tanah menyilang jalan
Yang disebut dubalang sejati
Tidak pernah membilang lawan
Semut api dari seberang
Terlanta-lanta di atas pasir
Lautan api direnangi orang
Apatah pula lautan air
Sedang tempurung dicari orang
Apatah lagi pipit di sawah
Sendangkan gunung didaki orang
Apatah lagi bukit yang rendah
Rebung panjang direntap orang
Apatah lagi rumput semata
Burung terbang ditangkap orang
Apatah lagi semut melata
Limau ranum campak di kolam
Ranting terletak di tepi bukit
Harimau mengaum takkan menerkam
Anjing menyalak takkan mengigit
Seribu buluh ditebang orang
Apatah lagi buluh sebatang
Beribu musuh ditantang orang
Apatah lagi musuh seorang
Tanda berantan terpasak kayu
Cacak tembilang berganggang buluh
Tanda jantan anak Melayu
Tak membilang-bilang musuh
Jangan dibakar antan kayu
Antan kayu tak makan api
Jangan dicabar jantan Melayu
Jantan Melayu tak takut mati
Gantang besar cupaknya kayu
Diberi hulu papan selerang
Pantang besar anak Melayu
Diberi malu di depan orang
Mati kayu karena benalu
Patahnya layu dahannya mati
Mati Melayu karena malu
Kalah Melayu termakan budi
Batang selukup batang meranti
Batang pinang dibelah-belah
Tunangan hidup adalah mati
Tunggang menang adalah kalah
Batang meranti beranak meranti
Batang dirambah anaknya panah
Tunggang mati tidak kan mati
Tunggang susah tidak kan susah
Kalau tak pecah sarang semut
Terpaksa dipecah sarang tabuhan
Kalau tak tertegah dengan mulut
Terpaksa d tengah dengan tangan
Kalau tak dapat ditumbuk lagi
Elok dicencang luluh-luluh
Kalau tak dapat dibujuk lagi
Elok dibuang berjauh-jauh
Kalau tak masuk dengan pahat
Terpaksa ditukul dengan besi
Kalau tak masuk dengan nasehat
Terpaksa dipukul dengan besi
Mengapa takut menempa belati
Elok lusa kan di tempa juga
Mengapa takut menempuh mati
Esok lusa kan ditempuh juga
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang kedua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi
Mengapa takut mencari suluh
Subuh datang diberi api
Kita tidak mencari lawan
Kalau datang kita nantikan
Redup bintang hari pun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris kan pengkusnya
Kalau orang tercoreng di muka
Ujung keris kan penghapusnya
Dari pada meniup putung berabu
Eloklah api dibawa ke tanah
Daripada hidup menanggung malu
Eloklah mati berkalang tanah
Kalau tak dapat rumput dihela
Eloklah pandan jadi mengkuang
Kalau tak dapat menuntut bela
Eloklah badan mati terbuang
Kalau takut merendang cendawan
Eloklah cari daun berlumut
Kalau takut menentang lawan
Eloklah mati terjun ke laut
Kalau masuk ke ladang orang
Meniup api jangan berpuntung
Kalau masuk gelanggang orang
Hidup mati jangan dihitung
No comments:
Post a Comment
Semoga bermanfaat dan mohon dukungannya serta bantuannya.
#Salam sukses